Setelah
melakukan terobosan ekspor produk perikanan ke sejumlah negara besar,
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KemenKP) mulai melirik pasar
prospektif lainnya, seperti Timur Tengah dan Afrika. Kedua kawasan ini
merupakan pasar yang cukup menjanjikan karena keduanya memiliki
perkembangan ekonomi yang sangat pesat. Kedua kawasan tersebut memiliki
nilai impor produk perikanan dunia mencapai USD 1,07 milyar, sedangkan
Indonesia tahun 2007 baru dapat mengekspor ke Timur Tengah dan Afrika
masing-masing sebesar USD 44,2 juta dan USD 42,5 juta. Demikian
disampaikan Menteri Kelautan dan Perikanan, Fadel Muhammad pada acara
pelepasan ekspor produk perikanan Indonesia ke Timur Tengah dan Afrika,
di Surabaya, Provinsi Jawa Timur (18/1).
Memperluas akses pasar
domestik dan internasional merupakan salah satu grand strategi KemenKP
dalam rangka mewujudkan visinya menjadikan Indonesia sebagai penghasil
produk kelautan dan perikanan terbesar pada tahun 2015. Salah satu
upaya untuk memperluas pasar internasional adalah dengan “membidik”
Timur Tengah dan Afrika sebagai peluang pasar baru produk perikanan,
tegas Fadel. Selama ini, pasar produk perikanan Indonesia hanya
bertumpu pada Jepang, Amerika dan Eropa sebanyak 70 persen, sedangkan
ke negara-negara ASEAN hanya sebesar 12 persen dan 11 persen ke Asia
Timur (Cina, Korea Selatan dan Taiwan), serta sisanya ke Afrika,
Amerika Latin, eks Eropa Timur, dan Timur Tengah.
Kawasan Afrika
dan Timur Tengah merupakan pasar yang potensial di masa mendatang
dilihat dari jumlah penduduk dan kondisi ekonomi. Pasar Timur Tengah
merupakan pasar yang menjanjikan dengan faktor infrastruktur,
transportasi, posisi geografis Timur Tengah yang strategis sebagai hub
perdagangan dengan negara/kawasan lain, tradisi hubungan sosio-kultural
historis dengan Indonesia, dan posisi sebagai negara kaya. Produk
perikanan Indonesia yang diekspor ke Timur Tengah dan Afrika adalah
tuna beku, tuna kaleng, tilapia beku, salem pasifik, cumi-cumi dan
sotong. Selain itu, udang beku, kepiting, terasi, kerupuk udang,
bekicot kaleng, bandeng beku dan petis juga merupakan produk perikanan
Indonesia yang diekspor ke kedua kawasan tersebut. Beberapa negara
utama saat ini yang penyuplai produk perikanan ke negara-negara Timur
Tengah dan Afrika adalah Thailand, China, dan Belgia.
Dalam
rangka mendukung peningkatan ekspor produk perikanan, KemenKP semenjak
tahun 2008 telah melaksanakan penerbitan Health Certificate (HC)
berbasis In Process Inspection 1 hari di LPPMHP Surabaya dan DKI
Jakarta, dan saat ini telah berkembang di 5 (lima) propinsi lain
(Sumatera Utara, Lampung, Bali, Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan). Pada
tahun 2010, seluruh LPPMHP ditargetkan dapat melayani HACCP dengan
penerbitan HC 1 hari. Manfaat utama yang dapat diperoleh secara langsung
dari program Pelayanan HC berbasis In Process Inspection adalah
terjadinya pengurangan waktu proses pelayanan HC dari 10 hari menjadi 1
hari. Artinya, program ini telah memberikan manfaat secara ekonomi
terhadap para eksportir (pengusaha) produk perikanan berupa percepatan
modal kerja dan penghematan waktu penggunaan container di UPI yang pada
akhirnya berdampak pada efisiensi biaya sewa dan lainnya bagi
perusahaan. Sedangkan secara teknis, penerbitan HC 1 hari memberikan
jaminan mutu dan keamanan terhadap setiap produk perikanan yang akan
diekspor secara cepat. Sementara itu, pada pihak laboratorium dengan
adanya HC 1 hari juga menciptakan efisiensi biaya operasional pengujian.
Selama
melakukan kunjungan kerja ke Jawa Timur, selain melakukan pelepasan
ekspor produk perikanan ke Timur Tengah dan Afrika, Menteri Kelautan
dan Perikanan juga berkesempatan membuka penyelenggaraan Musyawarah
Nasional Asosiasi Pengusaha Coldstorage Indonesia (APCI), melakukan
peninjauan budidaya air tawar di Umbalan Pasuruan, dan membuka Forum
Akselerasi Pembangunan Perikanan Budidaya 2010-2014 Wilayah Tengah
Indonesia di Surabaya.
0 komentar:
Posting Komentar